Pengertian Soft Skills Mahasiswa Definisi Menurut Para AHliPeran Element dan Pengukuran
Monday, 8 October 2018
Edit
Pengertian Soft Skills adalah Menurut Illah Sailah dalam I Nyoman Sucipta (2009:1), Soft skills adalah kunci menuju hidup yang lebih baik, sahabat lebih banyak, sukses lebih besar, kebahagiaan yang lebih luas, tidak punya nilai, kecuali diterapkan dalam kehidupan sehari-hari baru bernilai. Soft skills yang dimiliki oleh setiap orang dengan jumlah dan kadar yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh kebiasaan berfikir, berkata, bertindak dan bersikap.
Definisi Soft Skills Menurut Para Ahli
Selainitu, I Nyoman Sucipta (2009:8) menyampaikanbahwa, soft skills adalah skills yang berkaitandenganhubunganantarmanusia, seperti bagaimana melakukan conflict resolution, memahami personal dynamics, dan melakukan negosiasi.Widhiarso (2009:1) mengatakan,
Soft skills adalah seperangkat kemampuan yang mempengaruhi bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain. Soft skills memuat komunikasi efektif, berpikir kreatif dan kritis, membangun tim, serta kemampuan lainnya yang terkait kapasitas kepribadian individu. Tujuan dari pelatihan soft skills adalah memberikan kesempatan kepada individu untuk mempelajari perilaku baru dan meningkatkan hubungan antar pribadi dengan orang lain.
Sedangkan Coates dalam Muh. Rais (2010:3) menyatakan,
Soft skills merupakan jalinan atribut personalitas baik intra- personalitas maupun inter-personalitas. Intra-personalitas merupakan keterampilan yang dimiliki seseorang dalam mengatur dirinya sendiri, seperti manajemen waktu, manajemen stress, manajemen perubahan, karakter transformasi, berpikir kreatif, memiliki acuan tujuan positif, dan teknik belajar cepat. Sementara inter-personalitas merupakan keterampilan berhubungan atau berinteraksi dengan lingkungan kelompok masyarakatnya dan lingkungan kerjanya serta interaksi dengan individu manusia sehingga mampu mengembangkan unjuk kerja secara maksimal, kemampuan memotivasi, kemampuan memimpin, kemampuan negosiasi, kemampuan presentasi, kemampuan komunikasi, kemampuan menjalin relasi, dan kemampuan bicara dimuka umum. Keunggulan dari kedua karakteristik personal ini akan membedakan seseorang dengan orang lain ketika berinteraksi dalam lingkungannya.
Seorang guru memperoleh prestasi pada waktu masih dibangku kuliah bukan sebagai jaminan suksesnya seorang guru di dalam kelas dengan peserta didik yang menjadi komponen mutlak di kelas tersebut. Seorang peserta didik akan menilai kesuksesan seorang guru dalam proses belajar mengajar dari dampak yang dirasakan oleh dirinya apakah berdampak positif atau negatif terhadap cita-cita yang diinginkan peserta didik tersebut.
Seorang guru dikatakan sukses oleh orang tua/wali peserta didik dari prestasi anaknya apakah berbanding lurus atau terbalik dengan prestasi gurunya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Widhiarso (2009:1), mengatakan bahwa sukses di dalam sebuah pekerjaan tidak hanya bergantung kepada rasio dan logika individu tetapi juga kapasitas kemanusiannya. Kemampuan yang dimiliki manusia dapat diibaratkan sebagai Gunung Es (Ice Berg) yang nampak di luar permukaan air ialah kemampuan Hard Skill/Technical Skill, sedangkan kemampuan yang berada di bawah permukaan air dan memiliki porsi yang paling besar ialah kemampuan Soft Skill. Soft skill merupakan kemampuan yang tidak tampak dan seringkali berhubungan dengan emosi manusia.
Elfindri, dkk (2010:67), mengatakan soft skill merupakan keterampilan dan kecakapan hidup, baik untuk sendiri, berkelompok, atau bermasyarakat, serta dengan sang pencipta. Selebihnya dengan mempunyai soft skills membuat keberadaan seseorang akan semakin terasa di masyarakat. Keterampilan akan berkomunikasi, keterampilan emosional, keterampilan bahasa, keterampilan berkelompok, memiliki etika dan moral, santun, dan keterampilan spriritual.
Pengertian lain tentang soft skills disampaikan oleh Djoko Hari Nugroho (2009:118),
Soft skills merupakan jenis ketrampilan yanglebih banyak terkait dengan sensitivitas perasaan seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya. Karena soft skillsterkaitdengan ketrampilanpsikologis, maka dampak yang diakibatkan lebih abstrak namun tetap bisa dirasakan seperti misalnya perilaku sopan, disiplin, keteguhan hati, kemampuan untuk dapatbekerja sama, membantu oranglain, dan sebagainya. Konsep soft skillsmerupakan istilah sosiologis yang merepresentasikan pengembangandari kecerdasan emosional (emotional intelligence)seseorang yang merupakan kumpulankarakter kepribadian, kepekaan sosial, komunikasi, bahasa, kebiasaan pribadi, keramahan, danoptimismeyang menjadiciri hubungandenganoranglain. Soft skillsmelengkapihardskills,dimanahardskillsmerupakan representasi dari potensi IQ seseorang terkait dengan persyaratan teknis pekerjaandanbeberapakegiatanlainnya.
Soft skills memiliki banyak manfaat, misalnya pengembangan karir serta etika profesional. Dari sisi organisasional, soft skills memberikan dampak terhadap kualitas manajemen secara total, efektivitas institusional dan sinergi inovasi. Esensi soft skills adalah kesempatan. Lulusan memerlukan soft skills untuk membuka dan memanfaatkan kesempatan.
Pentingnya soft skills tentunya dapat dilihat dari manfaat yang dirasakan oleh mahasiswa, mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi tentu tidak hanya karena memiliki hard skills yang mumpuni melainkan memiliki kepribadian yang berkaitan dengan soft skills yang baik. Illah Sailah (2008) menyampaikan bila sejak awal mahasiswa dibekali dengan pengetahuan tentang soft skills yang cukup dan bahkan sudah terbiasa mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari maka peluang mereka untuk menjadi orang sukses di masyarakat akan semakin besar. Perlu banyak contoh yang mahasiswa lihat di lingkungan perguruan tinggi. Contoh ini mulai dari pimpinan perguruan tinggi, dosen dan para staf penunjang yang menjadi frontliners yang berhubungan langsung dengan mahasiswa. Jika mahasiswa terbiasa diperlakukan baik dan terhormat, lambat atau cepat mereka akan menjadi pelayan yang baik di masyarakat. Inilah yang dimaksud dengan penularan yang paling sederhana.
Secara singkat soft skills dapat disimpulkan bahwa kemampuan yang dimiliki seseorang, yang tidak bersifat kognitif, tetapi lebih bersifat afektif yang memudahkan seseorang untuk mengerti kondisi psikologi diri sendiri, mengatur ucapan, pikiran dan sikap serta perbuatan yang sesuai dengan norma masyarakat, berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan sehingga individu tersebut dapat beradaptaasi. Meskipun soft skill yang dibutuhkan seseorang berbeda antara satu profesi dengan yang lain, pada dasarnya soft skills tidak terikat dengan budaya, karena soft skills itu bersifat universal.
Soft skills adalah seperangkat kemampuan yang mempengaruhi bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain. Soft skills memuat komunikasi efektif, berpikir kreatif dan kritis, membangun tim, serta kemampuan lainnya yang terkait kapasitas kepribadian individu. Tujuan dari pelatihan soft skills adalah memberikan kesempatan kepada individu untuk mempelajari perilaku baru dan meningkatkan hubungan antar pribadi dengan orang lain.
Sedangkan Coates dalam Muh. Rais (2010:3) menyatakan,
Soft skills merupakan jalinan atribut personalitas baik intra- personalitas maupun inter-personalitas. Intra-personalitas merupakan keterampilan yang dimiliki seseorang dalam mengatur dirinya sendiri, seperti manajemen waktu, manajemen stress, manajemen perubahan, karakter transformasi, berpikir kreatif, memiliki acuan tujuan positif, dan teknik belajar cepat. Sementara inter-personalitas merupakan keterampilan berhubungan atau berinteraksi dengan lingkungan kelompok masyarakatnya dan lingkungan kerjanya serta interaksi dengan individu manusia sehingga mampu mengembangkan unjuk kerja secara maksimal, kemampuan memotivasi, kemampuan memimpin, kemampuan negosiasi, kemampuan presentasi, kemampuan komunikasi, kemampuan menjalin relasi, dan kemampuan bicara dimuka umum. Keunggulan dari kedua karakteristik personal ini akan membedakan seseorang dengan orang lain ketika berinteraksi dalam lingkungannya.
Seorang guru memperoleh prestasi pada waktu masih dibangku kuliah bukan sebagai jaminan suksesnya seorang guru di dalam kelas dengan peserta didik yang menjadi komponen mutlak di kelas tersebut. Seorang peserta didik akan menilai kesuksesan seorang guru dalam proses belajar mengajar dari dampak yang dirasakan oleh dirinya apakah berdampak positif atau negatif terhadap cita-cita yang diinginkan peserta didik tersebut.
Seorang guru dikatakan sukses oleh orang tua/wali peserta didik dari prestasi anaknya apakah berbanding lurus atau terbalik dengan prestasi gurunya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Widhiarso (2009:1), mengatakan bahwa sukses di dalam sebuah pekerjaan tidak hanya bergantung kepada rasio dan logika individu tetapi juga kapasitas kemanusiannya. Kemampuan yang dimiliki manusia dapat diibaratkan sebagai Gunung Es (Ice Berg) yang nampak di luar permukaan air ialah kemampuan Hard Skill/Technical Skill, sedangkan kemampuan yang berada di bawah permukaan air dan memiliki porsi yang paling besar ialah kemampuan Soft Skill. Soft skill merupakan kemampuan yang tidak tampak dan seringkali berhubungan dengan emosi manusia.
Elfindri, dkk (2010:67), mengatakan soft skill merupakan keterampilan dan kecakapan hidup, baik untuk sendiri, berkelompok, atau bermasyarakat, serta dengan sang pencipta. Selebihnya dengan mempunyai soft skills membuat keberadaan seseorang akan semakin terasa di masyarakat. Keterampilan akan berkomunikasi, keterampilan emosional, keterampilan bahasa, keterampilan berkelompok, memiliki etika dan moral, santun, dan keterampilan spriritual.
Pengertian lain tentang soft skills disampaikan oleh Djoko Hari Nugroho (2009:118),
Soft skills merupakan jenis ketrampilan yanglebih banyak terkait dengan sensitivitas perasaan seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya. Karena soft skillsterkaitdengan ketrampilanpsikologis, maka dampak yang diakibatkan lebih abstrak namun tetap bisa dirasakan seperti misalnya perilaku sopan, disiplin, keteguhan hati, kemampuan untuk dapatbekerja sama, membantu oranglain, dan sebagainya. Konsep soft skillsmerupakan istilah sosiologis yang merepresentasikan pengembangandari kecerdasan emosional (emotional intelligence)seseorang yang merupakan kumpulankarakter kepribadian, kepekaan sosial, komunikasi, bahasa, kebiasaan pribadi, keramahan, danoptimismeyang menjadiciri hubungandenganoranglain. Soft skillsmelengkapihardskills,dimanahardskillsmerupakan representasi dari potensi IQ seseorang terkait dengan persyaratan teknis pekerjaandanbeberapakegiatanlainnya.
Soft skills memiliki banyak manfaat, misalnya pengembangan karir serta etika profesional. Dari sisi organisasional, soft skills memberikan dampak terhadap kualitas manajemen secara total, efektivitas institusional dan sinergi inovasi. Esensi soft skills adalah kesempatan. Lulusan memerlukan soft skills untuk membuka dan memanfaatkan kesempatan.
Pentingnya soft skills tentunya dapat dilihat dari manfaat yang dirasakan oleh mahasiswa, mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi tentu tidak hanya karena memiliki hard skills yang mumpuni melainkan memiliki kepribadian yang berkaitan dengan soft skills yang baik. Illah Sailah (2008) menyampaikan bila sejak awal mahasiswa dibekali dengan pengetahuan tentang soft skills yang cukup dan bahkan sudah terbiasa mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari maka peluang mereka untuk menjadi orang sukses di masyarakat akan semakin besar. Perlu banyak contoh yang mahasiswa lihat di lingkungan perguruan tinggi. Contoh ini mulai dari pimpinan perguruan tinggi, dosen dan para staf penunjang yang menjadi frontliners yang berhubungan langsung dengan mahasiswa. Jika mahasiswa terbiasa diperlakukan baik dan terhormat, lambat atau cepat mereka akan menjadi pelayan yang baik di masyarakat. Inilah yang dimaksud dengan penularan yang paling sederhana.
Secara singkat soft skills dapat disimpulkan bahwa kemampuan yang dimiliki seseorang, yang tidak bersifat kognitif, tetapi lebih bersifat afektif yang memudahkan seseorang untuk mengerti kondisi psikologi diri sendiri, mengatur ucapan, pikiran dan sikap serta perbuatan yang sesuai dengan norma masyarakat, berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan sehingga individu tersebut dapat beradaptaasi. Meskipun soft skill yang dibutuhkan seseorang berbeda antara satu profesi dengan yang lain, pada dasarnya soft skills tidak terikat dengan budaya, karena soft skills itu bersifat universal.
Elemen Soft Skills
Soft skills memiliki beberapa komponen yang saling berkaitan antara satu dan yang lainnya. Komponen tersebut seperti rangkain organ yang membentuk sistem organ dalam tubuh yang memiliki fungsi/tugas tertentu, saling berkaitan, dan saling mendukung antara yang satu dengan lainnya. Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Sharma dalam I Made S. Utama dkk, (2010:3), menyebutkan bahwa soft skills adalah seluruh aspek dari generic skills yang juga termasuk elemen-elemen kognitif yang berhubungan dengan non-academic skills. Ditambahkan pula bahwa, berdasarkan hasil penelitian, tujuh soft skills yang diidenfikasi dan penting dikembangkan pada peserta didik di lembaga pendidikan tinggi, meliputi; keterampilan berkomunikasi (communicative skills), keterampilan berpikir dan menyelesaikan masalah (thinking skills and Problem solving skills), kekuatan kerja tim (team work force), belajar sepanjanghayat dan pengelolaan informasi (life-long learning and Information management), keterampilan wirausaha (entrepreneur skill), etika, moral dan profesionalisme (ethics, moral and professionalism), dan keterampilan kepemimpinan (leadership skills). Sharma mentabulasi elemen soft skills yang harus dimiliki dan baik dimiliki seperti ditunjukkan pada Tabel 1. Masing-masing soft-skills di dalamnya berisikan sub-skills yang dapat dikategorikan sebagai skills yang secara individu sangat dibutuhkan (must have) dan kategori sebagai skills yang baik untuk dimiliki (good to have).
Tabel 1. Elemen Soft Skills yang harus dan Baik untuk dimiliki (Sharma, 2009) dalam I Made S. Utama dkk
Tabel 1. Elemen Soft Skills yang harus dan Baik untuk dimiliki (Sharma, 2009) dalam I Made S. Utama dkk
Selain itu Widhiarso (2009:3), menjelaskan beberapa jenis soft skills yang terkait dengan kesuksesan dalam dunia kerja berdasarkan dari hasil-hasil penelitian, adalah sebagai berikut:
- Kecerdasan Emosi, melalui penelitian yang intensif Goleman (1998) menemukan bahwa kesuksesan seseorang tidak hanya didukung oleh seberapa smart seseorang dalam menerapkan pengetahuan dan mendemonstrasikan keterampilannya, akan tetapi seberapa besar seseorang mampu mengelola dirinya dan interaksi dengan orang lain. Keterampilan tersebut dinamakan dengan kecerdasan emosi. Terminologi kecerdasan Emosi diperkenalkan pertama kali oleh Salovey dan Mayer untuk menyatakan kualitas-kualitas seseorang, seperti kemampuan memahami perasaan orang lain, empati, dan pengaturan emosi untuk meningkatkan kualitas hidup (Gibbs, 1995). Kecerdasan emosi juga meliputi sejumlah keterampilan yang berhubungan dengan keakuratan penilaian tentang emosi diri sendiri dan orang lain; dan kemampuan mengelola perasaan untuk memotivasi, merencanakan, dan meraih tujuan hidup.
- Gaya Hidup Sehat, Marchand dkk (2005) menemukan bahwa uang jutaan dolar terbuang oleh institusi dan masyarakat karena faktor minimnya produktivitas, pelayanan kesehatan, kecelakaan kerja dan pegawai yang absen dalam bekerja. Pendukung utama dari sekian indikator tersebut adalah gaya hidup individu yang tidak sehat. University of Central Florida memasukkan tema gaya hidup sehat ini sebagai target pengembangan soft skills bagi mahasiswa mereka. Topik yang diangkat dalam pengembangannya memuat nutrisi, manajemen stres, pengelolaan waktu, cultural diversity, dan penyalahgunaan obat terlarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya hidup yang sehat mempengaruhi tingginya ketahanan, fleksibiltas dan konsep diri yang sehat yang mempengaruhi tingginya partisipasi dalam komunitas.
- Komunikasi Efektif, Cangelosi dan Petersen (1998) menemukan bahwa banyak kegagalan siswa di sekolah, masyarakat dan tempat kerja diakibatkan rendahnya keterampilan dalam berkomunikasi. Selain keterampilan komunikasi berperan secara langsung, peranan tidak langsung juga ditemukan. Secara tidak langsung keterampilan komunikasi mempengaruhi tingkat kepercayaan diri dan dukungan sosial yang kemudian dilanjutkan pengaruhnya ke kesuksesan.
Menurut Illah Sailah dalam Panduan Pengembangan Soft Skills Mahasiswa (2010:2), berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh negara-negara Inggris, Amerika dan Kanada terdapat 23 atribut soft skills yang mendoninasi lapangan kerja. Ke 23 atribut tersebut diurutkan berdasarkan prioritas kepentingan di dunia kerja, yaitu:
1) Inisiatif
2) Etika/ integritas
3) Berpikir kritis
4) Kemauan belajar
5) Komitmen
6) Motivasi
7) Bersemangat
8) Dapat diandalkan
9) Komunikasi lisan
10) Kreatif
11) Kemampuan analisis
12) Dapat mengatasi stress
13) Menejemen diri
14) Menyelesaikan persoalan
15) Dapat meringkas
16)Berkompetensi
17)Fleksibel
18)Kerja dalam tim
19)Mandiri
20)Mendengarkan
21)Tangguh
22) Beragumentasi logis
23) Manajemen waktu
Menurut Purwandari ( 2007:11 ) komponen soft skills meliputi :
- Etoskerja, yaitu dapat mngikutiinstruksi yang diberikan sasaran atasanatau supervisor.
- Sopansantun, yaitukebiasaanmengucapkan “silakan, terimakasih, maaf” bolehkan sayamembantuandadlmberhubungan dengan customer, supervisor, dankolega?”
- Kerjasama, yaitukemampuanuntuk berbagitanggungjwab, salingmemberi dengan oranglain, komitmen pada rasa hormat, sling membantuuntuk mengerjakan tugas, danmencari bantuanjika diperlukan.
- Disiplindanpercayadiriyaitukemampuan mengaturtugas- tugasuntuk performance yang lebih baik, belajar dari pengalaman, bertanyadan mengoreksi kesalahan, mampu menyerapkritikdan petunjuk tanpa persaan bersalah, marah dan benciatau merasa terhina.
- Penyesuaiandiri terhadap norma-norma, yaitu kemampuanuntuk mangturcara berbusana, rapi, bahasatubuh, nada bicara, dan pemilihan kata” sesuai dengan bagianbudayakerja.
- Kecakapanberbahasayaitukemampuanbertutur kata, membacadanmenulisstandarbiasa.
Elemen atau komponen tentang soft skills memang sangat kompleks, hampir semuanya tentang karakter yang ada pada diri manusia, seperti halnya yang disampaikan oleh Elfindri, dkk (2010: 95) mengatakan, unsur-unsur soft skills yang membuat sempurna adalah
1) Taat beribadah,
2) Ketrampilan berkomunikasi,
3) Terbentuknya sifat tanggungjawab,
4) Kejujuran dan tepat waktu,
5) Pekerja keras,
6) Berani mengambil resiko,
7) Terbiasa bekerja kelompok,
8) Berketerampilan rumah tangga, dan
9) Visioner.
Selanjutnya hasil survei yang dilakukan Ikatan Alumni UNY terhadap alumni pada tahun 2007 dalam Panduan Pengembangan Soft Skills Mahasiswa UNY (2010:3) menyimpulkan bahwa, sebagian besar (98,60%) alumni menyatakan bahwa atribut soft skills sangat dibutuhkan di dunia kerja. Atribut soft skills yang dibutuhkan di dunia kerja tersebut antara lain, kemampuan interpersonal, cara berpikir kritis, kerjasama dalam tim, kepercayaan diri, kreativitas, komitmen, etika diri, disiplin, dan motivasi. Sebagian alumni menyatakan bahwa atribut soft skills tersebut sangat dibutuhkan dalam dunia kerja.
Peran Soft Skils
Soft skill yang baik tentunya akan berpengaruh terhadap mahasiswa dimanapun dia berada, selain itu soft skills juga merupakan investasi jangka panjang yang bermanfaat bagi masa depan mahasiswa. Realitas menunjukkan bahwa ketercapaian Indeks Prestasi (IP) baru bisa menggambarkan kualitas seseorang dalam aspek kognitif dan belum bisa menunjukkan kualifikasi seseorang dalam bidang soft skills atau disebut juga dengan keterampilan sosial (Tarmidi, 2010:317).
Riset peranan soft skillsMitsubishi Riset Institute pada tahun 2000 yang dikutip oleh Elfindri, dkk (2010:74) mempublikasikan hasil kajian tim risetnya bahwa kesuksesan lulusan ternyata tidak ditentukan oleh kemampuan teknis dan akademis/hard skills, melainkan 40% kematangan emosi dan sosial; 30% proses menjalin networking; 20% kemampuan akademis; dan 10% kemampuan finansial yang dimiliki.
Menurut I Made S. Utama dkk, (2010:5) menyampaikan bahwa soft skills sangat diperlukan dalam pemanfaatannya di dalam perencanaan dan proses pencarian pekerjaan (wawancara oleh pemberi pekerjaan) dan kesuksesan meniti karir dalam pekerjaanya. Ini mengindikasikan bahwa soft skills menentukan kecepatan lulusan mendapatkan pekerjaan, selain didukung oleh hard skillnya. Hal ini juga sejalan yang disampaikan oleh Illah Sailah (2008) bahwa yang membawa atau mempertahankan orang di dalam sebuah kesuksesan di lapangan kerja yaitu 80% ditentukan oleh mind set yang dimilikinya dan 20% ditentukan oleh technical skills. Kemudian Hakim dalam Tarmidi (2010:2) memberikan gambaran mengenai persentase kemampuan seorang mahasiswa yang diperoleh dari kampus mereka. Berdasarkan data yang diadopsi dari Harvard School of Business, kemampuan dan keterampilan yang diberikan di bangku perkuliahan, 90 persen adalah kemampuan teknis dan sisanya soft skills.
Dengan demikian jelas bahwa kemampuan soft skills yang dimiliki sangat dibutuhkan mahasiswa setelah mereka lulus untuk mendapatkan kesuksesan dalam dunia kerja yaitu menjadi seorang guru yang kompeten dan berkualitas.
Riset peranan soft skillsMitsubishi Riset Institute pada tahun 2000 yang dikutip oleh Elfindri, dkk (2010:74) mempublikasikan hasil kajian tim risetnya bahwa kesuksesan lulusan ternyata tidak ditentukan oleh kemampuan teknis dan akademis/hard skills, melainkan 40% kematangan emosi dan sosial; 30% proses menjalin networking; 20% kemampuan akademis; dan 10% kemampuan finansial yang dimiliki.
Menurut I Made S. Utama dkk, (2010:5) menyampaikan bahwa soft skills sangat diperlukan dalam pemanfaatannya di dalam perencanaan dan proses pencarian pekerjaan (wawancara oleh pemberi pekerjaan) dan kesuksesan meniti karir dalam pekerjaanya. Ini mengindikasikan bahwa soft skills menentukan kecepatan lulusan mendapatkan pekerjaan, selain didukung oleh hard skillnya. Hal ini juga sejalan yang disampaikan oleh Illah Sailah (2008) bahwa yang membawa atau mempertahankan orang di dalam sebuah kesuksesan di lapangan kerja yaitu 80% ditentukan oleh mind set yang dimilikinya dan 20% ditentukan oleh technical skills. Kemudian Hakim dalam Tarmidi (2010:2) memberikan gambaran mengenai persentase kemampuan seorang mahasiswa yang diperoleh dari kampus mereka. Berdasarkan data yang diadopsi dari Harvard School of Business, kemampuan dan keterampilan yang diberikan di bangku perkuliahan, 90 persen adalah kemampuan teknis dan sisanya soft skills.
Dengan demikian jelas bahwa kemampuan soft skills yang dimiliki sangat dibutuhkan mahasiswa setelah mereka lulus untuk mendapatkan kesuksesan dalam dunia kerja yaitu menjadi seorang guru yang kompeten dan berkualitas.
Pengukuran Soft Skills
Wahyu Widhiarso (2009:3), menyampaikan bahwa Soft skills lebih didominasi oleh komponen kepribadian individu sehingga prosedur pengukurannya sedikit berbeda dengan pengukuran komponen abilitas individu. Oleh karena itu pengukuran soft skills akan mengarah pada karakteristik yang sifatnya internal dan manifest pada diri individu seperti dimensi afektif, motivasi, interes, atau sikap. Pengukuran kepribadian terbagi menjadi dua jenis yaitu pelaporan diri (self-report) dan proyeksi (projective).
Komponen kepribadian yang tercakup dalam soft skills menunjukan bagian-bagian yang berbeda tetapi saling berkaitan. Dengan kenyataan ini, maka perlu pengukuran secara intensif yang perlu dikembangkan. Berikut ini adalah pengukuran soft skills menurut Wahyu Widhiarso (2009:3), diantaranya:
1. Self Report
Sebagaimana tes yang diartikan sebagai sekumpulan sampel respon yang menunjukkan atribut ukur pada diri individu, pengukuran soft skills juga menghasilkan sejumlah respon dari individu yang menunjukkan tingkat soft skills yang dimiliki. Self report merupakan sekumpulan stimulus berupa pernyataan, pertanyaan atau daftar deskripsi diri yang direspon oleh individu. Pernyataan merupakan turunan dari domain ukur yang sifanya teoritik konseptual setelah melalui proses operasionalisasi menjadi indikator-indikator. Setelah domain ukur dan indikator telah ditetapkan, proses penyusunan instrumen pengukuran selanjutnya adalah penulisan item (wording). Misalnya mengukur tingkat ekstraversi individu diwujudkan melalui pernyataan “Saya senang bisa berinteraksi dengan banyak orang” atau “Saya lebih suka bekerja sama dibanding dengan bekerja sendirian”. Item ini kemudian direspon dengan kontinum dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju. Proses penulisan item ini merupakan seni tersendiri yang membutuhkan kepekaan dalam membahasakan indikator empirik perilaku individu.
2. Checklist
Checklist adalah jenis alat ukur afektif atau perilaku yang memuat sejumlah indikator, biasanya kata sifat atau perilaku yang diisi oleh seorang penilai (rater). Checklist lebih banyak dipakai untuk mengukur aspek psikologis yang tampak (overt), misalnya perilaku.
3. Pengukuran Performansi
Pengukuranperformansimerupakanpengukuranterhadap proses atauhasilkinerjaindividuterhadaptugas yang diberikan. Penyekoran dilakukan peneliti berdasarkan rubrik yang telah dibuat sebelumnya.Rubrik merupakan panduan penyekoran yang memuat kriteria performansi.Penyekoran dapat dilakukan ketika subjek sedang bekerja atau hasil pekerjan yang diberikan.
Komponen kepribadian yang tercakup dalam soft skills menunjukan bagian-bagian yang berbeda tetapi saling berkaitan. Dengan kenyataan ini, maka perlu pengukuran secara intensif yang perlu dikembangkan. Berikut ini adalah pengukuran soft skills menurut Wahyu Widhiarso (2009:3), diantaranya:
1. Self Report
Sebagaimana tes yang diartikan sebagai sekumpulan sampel respon yang menunjukkan atribut ukur pada diri individu, pengukuran soft skills juga menghasilkan sejumlah respon dari individu yang menunjukkan tingkat soft skills yang dimiliki. Self report merupakan sekumpulan stimulus berupa pernyataan, pertanyaan atau daftar deskripsi diri yang direspon oleh individu. Pernyataan merupakan turunan dari domain ukur yang sifanya teoritik konseptual setelah melalui proses operasionalisasi menjadi indikator-indikator. Setelah domain ukur dan indikator telah ditetapkan, proses penyusunan instrumen pengukuran selanjutnya adalah penulisan item (wording). Misalnya mengukur tingkat ekstraversi individu diwujudkan melalui pernyataan “Saya senang bisa berinteraksi dengan banyak orang” atau “Saya lebih suka bekerja sama dibanding dengan bekerja sendirian”. Item ini kemudian direspon dengan kontinum dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju. Proses penulisan item ini merupakan seni tersendiri yang membutuhkan kepekaan dalam membahasakan indikator empirik perilaku individu.
2. Checklist
Checklist adalah jenis alat ukur afektif atau perilaku yang memuat sejumlah indikator, biasanya kata sifat atau perilaku yang diisi oleh seorang penilai (rater). Checklist lebih banyak dipakai untuk mengukur aspek psikologis yang tampak (overt), misalnya perilaku.
3. Pengukuran Performansi
Pengukuranperformansimerupakanpengukuranterhadap proses atauhasilkinerjaindividuterhadaptugas yang diberikan. Penyekoran dilakukan peneliti berdasarkan rubrik yang telah dibuat sebelumnya.Rubrik merupakan panduan penyekoran yang memuat kriteria performansi.Penyekoran dapat dilakukan ketika subjek sedang bekerja atau hasil pekerjan yang diberikan.
Daftar Pustaka Makalah Soft Skills
I Nyoman Sucipta. (2009). Holistik Soft Skills. Denpasar: Udayana University Press
Widhiarso. (2009). Soft Skills Mahasiswa. Diakses dari http://widhiarso.staff.ugm.ac.id. Pada tanggal 19 September 2013.
Muh Rais. (2010). PROJECT-BASED LEARNING: Inovasi Pembelajaran yang Berorientasi Soft skills.Diakses dari http://digilib.unm.ac.id. Pada tanggal 21 Januari 2013, jam 20.34 WIB.
Elfindri, dkk. (2010). Soft Skills untuk Pendidik. Bandung: PT. Baduose Media.
Nugroho Djoko Hari, (2009). Integrasi Soft Skills pada Kurikulum Prodi Elektronika Instrumentasi-STTN untuk Persiapan SDM PLTN. Yogyakarta: Seminar V SDM Teknologi Nuklir. Diakses dari http://jurnal.sttn- batan.ac.id/wp-content/uploads/2010/03/A-14_ok.pdf. Pada tanggal 21 September 2013.
Sailah Illah. (2008). Lesson from the Top. Diakses dari http://illahsailah.wordpress.com. Pada tanggal 21 September 2012.
I Made S.Utama, dkk. (2010). Konsep Pengembangan Panduan Evaluasi Pengembangan Soft skills Mahasiswa Melalui Proses Pembelajaran di Universitas Udayana. Diakses dari http://staff.unud.ac.id. Pada tanggal 19 September 2013.
Tarmidi. (2010). Pengaruh Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (Kbk) terhadap Soft Skills Mahasiswa. Diakses dari http://repository.usu.ac.id. Pada tanggal 21 September 2012.
Widhiarso. (2009). Soft Skills Mahasiswa. Diakses dari http://widhiarso.staff.ugm.ac.id. Pada tanggal 19 September 2013.
Muh Rais. (2010). PROJECT-BASED LEARNING: Inovasi Pembelajaran yang Berorientasi Soft skills.Diakses dari http://digilib.unm.ac.id. Pada tanggal 21 Januari 2013, jam 20.34 WIB.
Elfindri, dkk. (2010). Soft Skills untuk Pendidik. Bandung: PT. Baduose Media.
Nugroho Djoko Hari, (2009). Integrasi Soft Skills pada Kurikulum Prodi Elektronika Instrumentasi-STTN untuk Persiapan SDM PLTN. Yogyakarta: Seminar V SDM Teknologi Nuklir. Diakses dari http://jurnal.sttn- batan.ac.id/wp-content/uploads/2010/03/A-14_ok.pdf. Pada tanggal 21 September 2013.
Sailah Illah. (2008). Lesson from the Top. Diakses dari http://illahsailah.wordpress.com. Pada tanggal 21 September 2012.
I Made S.Utama, dkk. (2010). Konsep Pengembangan Panduan Evaluasi Pengembangan Soft skills Mahasiswa Melalui Proses Pembelajaran di Universitas Udayana. Diakses dari http://staff.unud.ac.id. Pada tanggal 19 September 2013.
Tarmidi. (2010). Pengaruh Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (Kbk) terhadap Soft Skills Mahasiswa. Diakses dari http://repository.usu.ac.id. Pada tanggal 21 September 2012.