Pengertian Cedera Olahraga Definisi Macam Pecegahan dan Perawatan
Wednesday, 10 October 2018
Edit
Pengertian Cedera adalah Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Atok Iskandar (1994;13) cedera adalah suatu gaya-gaya bekerja pada tubuh atau sebagian dari tubuh yang melampui kemampuan tubuh untuk mengatasinya. Gaya-gaya ini berlangsung dengan cepat atau jangka lama. Ada pun menurut Hardianto Wibowo (1995; 11) yang dimaksud dengan cedera olahraga (Sport Injures) adalah segala macam cedera yang timbul, baik pada waktu latihan maupn pada waktu olahraga (pertandingan) ataupun sesudah pertandingan. Menurut Garisson (2001: 320-321) faktor penyebab terjadinya cedera olahraga adalah: (a) Faktor instrinsik yang meliputi: kelemahan jaringan, fleksibilitas, kelebihan beban, kesalahan biomekanika, kurangnya penyesuaian, ukuran tubuh, kemampuan kinerja, gaya bermain (b) Faktor ekstrinsik yang meliputi: perlengkapan yang salah, atlet lain, permukaan bermain, cuaca.
Cedera dalam dunia olahraga dapat dikategorikan menjadi tiga tingkatan, yaitu: cedera ringan/cedera tingkat pertama, cedera sedang/cedera tingkat kedua, dan cedera berat/cedera tingkat ketiga.
Dengan memiliki pengatahuan tentang cedera dapat berguna untuk mempelajari cara terjadinya cedera, mengobati/menolong/menanggulangi (kuratif) serta tindakan pencegahan (preventif). Jones (1996; 53) mengemukakan bahwa dalam Ilmu kesehatan diutamakan tindakan preventif (pencegahan) daripada tindakan kuratif (pengobatan) karena:
Menurut Hardianto Wibowo (1995: 15) mengklasifikasikan cedera olahraga sebagai berikut:
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat dikatakan bahwa macam cedera yang sering terjadi adalah:
Secara umum cedera yang sering dialami karena aktivitas olahraga sebagai berikut:
1. Memar
Menurut Ronald P. Pfeiffer (2009:38) memar merupakan cedera yang disebabkan oleh benturan benda keras pada jaringan linak tubuh. Pada memar, jaringan dibawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil pecah sehingga darah dan cairan seluler merembes kejaringan sekitarnya. Luka memar yang disebabkan oleh cedera bukan merupakan keadaan serius dan akan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan. Meskipun demikian luka memar di bagian kepala mungkin dapat menutupi cedera yang lebih gawat dalam kepala (tulang kepala retak dengan perdarahan di bagian otak). Bila luka memar timbul dengan spontan, maka mungkin merupakan tanda gangguan perdarahan. Untuk penanganan cedera memar bisa dilakukan sebagai berikut:
Gambar. Cedera Memar
Sumber: http://majalahkesehatan.com
2. Kram Otot
Kram otot merupakan kontraksi otot tertentu yang berlebihan dan terjadi secara mendadak dan tanpa disadari. Menurut Kartono Mohammad (2001: 31) kram otot terjadi karena letih, biasanya terjadi saat malam hari atau karena kedinginan, dan dapat pula karena panas, dehidrasi, trauma pada otot yang bersangkutan atau kekurangan magnesium. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kram otot. Pada saat otot mengalami kelelahan dan secara tiba-tiba meregang, maka otot tersebut dengan terpaksa akan meregang secara penuh dan ini dapat mengakibatkan kram.
Gambar. Kram Otot Betis Sumber: www.indonesianrehabequipment.com
Menurut Taylor (1997: 127) kram disebabkan oleh adanya ketidaksempurnaan biomekanik tubuh karena adanya malalignment (ketidaksejajaran) dari bagian kaki bawah, atau karena keadaan otot yang terlalu kencang, kekurangan beberapa jenis mineral tertentu (defisiensi) yang dibutuhkan oleh tubuh juga dapat mempengaruhi terjadinya kram otot, seperti kekurangan zat sodium, potassium, kalsium, zat besi, dan fosfor, dan terbatasnya suplai darah yang tersedia pada otot tersebut sehingga menyebabkan terjadinya kram otot. Pada intinya, kram otot terjadi karena terjadinya penumpukan asam laktat diotot karena mengalami kelelahan.
Gambar. Mekanisme Kontraksi Otot Sumber: www.snecrovision.blogspot.com
Penanganan cedera pada umumnya terhadap kram otot yang dilakukan menurut Hardianto Wibowo, (1995: 33) adalah sebagai berikut:
3. Luka
Menurut Hartono Satmoko (1993: 187), luka didefinisikan sebagai suatu ketidaksinambungan dari kulit dan jaringan dibawahnya yang mengakibatkan pendarahan yang kemudian dapat mengalami infeksi. Luka dapat dibagi menjadi:
Menurut Ronald P.Pfeiffer (2009: 36) lepuh merupakan timbulnya benjolan dikulit dan didalamnya terdapat cairan berwarna bening. Lepuh terjadi akibat penggunaan peralatan yang tidak pas, peralatan masih baru, atau peralatan yang lama seperti sepatu yang terlalu kecil.
Penanganan cedera lecet dan lepuh menurut Hardianto Wibowo (1995: 21) adalah sebagai berikut, untuk luka lecet bersihkan terlebih dahulu luka tersebut, karena dikhawatirkan akan timbul infeksi. Cara membersihkan luka pada kulit yaitu dibersihkan atau dicuci dengan Hidrogen peroksida (H202) 3% yang bersifat antiseptik (membunuh bibit penyakit), Detol atau betadine, PK (kalium permangat) kalau tidak ada bisa dengan sabun. Setelah luka dikeringkan lalu diberikan obat-obatan yang mengandung antiseptik juga, misalnya: obat merah, yodium tingtur, larutan betadine pekat. Apabila luka robek lebih dari 1 cm, sebaiknya dijahit. Sedangkan, untuk lepuhnya robek, potonglah sisa-sisa kulitnya. Kemudian bersihkanlah dan bebatlah dengan bahan yang tidak melekat. Bila lepuh utuh dan tidak mudah robek, biarkan atau letakkan bebat untuk lepuh diatasnya. Bila lepuhnya tegang, nyeri atau terlihat akan pecah, bersihkan dan kemudian tusuklah dengan jarum steril. Kemudian tutuplah dengan bebat yang bersih.
Gambar. Lepuh Sumber: rafifsafaalzena.blogspot.com
Gambar . Cedera Lecet Sumber: http://klinikcedera.wordpress.com
4. Perdarahan
Perdarahan terjadi karena pecahnya pembuluh darah sebagai akibat dari trauma pukulan atau terjatuh. Kemungkinan pendarahan yang terjadi ialah pendarahan pada hidung, mulut dan kulit. Perdarahan erawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih atau tim medis menurut Hardianto Wibowo (1995:21) sebagai berikut:
a) Pendarahan pada Hidung
Gambar. Pendarahan Hidung Sumber: http://www.tanyadok.com
Pada perdarahan hidung, hal yang harus dikontrol terutama adalah airway (jalan nafas) dan breathing (pernapasan). Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah:
b) Pendarahan pada mulut
Penanganan perdarahan pada mulut harus memperhatikan aspek airway (jalan napas) dan breathing (pernapasan). Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain adalah:
Gambar. Perdarahan di mulut
Sumber: http://www.membongkar.info.com
5. Pendarahan Pada Kulit
Perdarahan pada kulit atau perdarahan eksternal adalah perdarahan yang dapat dilihat berasal dari luka terbuka (Kartono
Mohammad 2003: 88). Cedera dapat juga merusak dan menyebabkan perdarahan. Menurut Kartono Mohammad (2003: 88) ada tiga jenis yang berhubungan dengan jenis pembuluh darah yang rusak yaitu:
a) Perdarahan kapiler, berasal dari luka yang terus-menerus tetapi lambat.
Perdarahan ini paling sering terjadi dan paling mudah dikontrol.
Gambar. Perdarahan Kapiler
Sumber: https://aqqae.blogspot.com//search?q=pertolongan-pertama- pada-perdarahan
b) Perdarahan vena, mengalir terus- menerus karena tekanan rendah perdarahan vena tidak menyembur dan lebih mudah dikontrol.
Gambar. Perdarahan Vena
Sumber: https://aqqae.blogspot.com//search?q=pertolongan-pertama- pada-perdarahan
c) Perdarahan arteri, menyembur bersamaan dengan denyut jantung, tekanan yang menyebabkan darah menyembur juga menyebabkan jenis perdarahan ini sulit dikontrol.
Gambar. Perdarahan Arteri
Sumber: https://aqqae.blogspot.com//search?q=pertolongan-pertama- pada-perdarahan
Perdarahan arteri merupakan jenis perdarahan yang paling serius karena banyak darah yang dapat hilang dalam waktu sangat singkat. Menurut Kartono Mohammad (2003: 88) menjelaskan bahwa perdarahan dikulit terdiri dari beberapa jenis yaitu:
6. Pingsan
Kehilangan kesadaran atau pingsan (syncope), pingsan adalah keadaan kehilangan kesadaran yang bersifat sementara dan singkat, disebabkan oleh berkurangnya aliran darah dan oksigen yang menuju ke otak (Kartono Mohammad, 2003: 96). Gejala pertama yang dirasakan oleh seseorang sebelum pingsan adalah rasa pusing, berkurangnya penglihatan, dan rasa panas. Selanjutnya, penglihatan orang tersebut akan menjadi gelap dan ia akan jatuh atau terkulai. Biasanya pingsan terjadi akibat dari aktivitas fisik yang berat sehingga menyebabkan deposit oksigen sementara, pengaliran darah atau tekanan darah yang menurun akibat perdarahan hebat, dan karena jatuh dan benturan.
Menurut Kartono Mohamad (2001: 96) pingsan mempunyai beberapa jenis, diantaranya:
Penanganan pingsan yang dilakukan menurut Hardianto Wibowo (1995: 36) sebagai berikut:
7. Cedera pada Otot Tendo dan Ligamen
Menurut Hardianto Wibowo (1995: 20) strain adalah cedera yang menyangkut cedera otot dan tendon. Strain dapat dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu:
Gambar. Tingkatan Strain
Sumber: http://www.myphysiorehab.com
Penanganan Cedera Strain dapat dilakukan sebagai berikut:
Sedangkan menurut Hardianto Wibowo (1995:22) sprain adalah cedera pada ligamen. Sprain sendiri diklarifikasikan dalam beberapa tingkatan yaitu:
Gambar. Tingkatan Sprain
Sumber: https://aqqae.blogspot.com//search?q=pertolongan-pertama- pada-perdarahan
Untuk penanganan sprain dapat dilakukan sebagai berikut menurut klasifikasinya:
8. Dislokasi
Gambar. Dislokasi Jari
Sumber: http://kamuskesehatan.com
Dislokasi adalah terlepasnya sebuah sendi dari tempatnya yang seharusnya. Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi di bahu, angkle (pergelangan kaki), lutut dan panggul. Faktor yang meningkatkan resiko dislokasi adalah ligamen-ligamennya yang kendor akibat pernah mengalami cedera, kekuatan otot yang menurun ataupun karena faktor eksternal yang berupa tekanan energi dari luar yang melebihi ketahanan alamiah jaringan dalam tubuh (Kartono Mohammad, 2001: 31).
Penanganan dislokasi dapat dilakukan dengan melakukan reduksi ringan dengan cara menarik persendian yang bersangkutan pada sumbu memanjang, imobilisasi dengan spalk pada jari-jari, dibawa ke rumah sakit bila perlu dilakukan resistensi jika terjadi fraktur.
9. Patah Tulang (Fraktur)
Gambar. Jenis-jenis Fraktur
Sumber: http://sentralpost.com
Patah tulang adalah suatu keadaan yang mengalami keretakan, pecah atau patah, baik pada tulang maupun tulang rawan. Menurut Mirkin dan Hoffman (1984: 124-125) membagi fraktur berdasarkan continuitas patahan, patah tulang dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
Sedangkan, berdasarkan tampak tidaknya jaringan dari bagian luar tubuh dibagi patah tulang menjadi:
Gambar. Macam-macam Frakture
Sumber: http://wartametropolitan.blogspot.com
1) Faktor Individu
2). Faktor Alat, Fasilitas dan Cuaca
Menurut Bambang Priyonoadi (2012:1) cedera dapat disebabkan beberapa faktor antara lain:
Mencegah lebih baik daripada mengobati, hal ini tetap merupakan kaidah yang harus dipegang teguh. Banyak pencegahan tampaknya biasa- biasa saja, tetapi masing-masing tetaplah memiliki kekhususan yang perlu diperhatikan. Pencegahan cedera dapat dilakukan dengan berikut:
1. Pencegahan lewat keterampilan
Pencegahan lewat keterampilan mempunyai bagian yang besar dalam pencegahan cedera itu telah terbukti, karena penyiapan atlet dan resikonya harus dipikirkan lebih awal. Untuk itu para atlet sangat perlu ditumbuhkan kemampuan untuk bersikap tenang. Dalam meningkatkan atlet tidak cukup keterampilan tentang kemampuan fisik saja namun termasuk daya pikir membaca situasi, mengetahui bahaya yang bisa terjadi dan mengurangi resiko. Pelatih juga harus mampu mengenali tanda-tanda kelelahan pada atletnya serta, harus dapat mengurangi dosis latihan sebelum resiko cedera timbul.
2. Pencegahan lewat Fitness
Fitness secara terus menerus mampu mencegah cedera pada atlet baik cedera otot, sendi dan tendo, serta mampu bertahan untuk pertandingan lebih lama tanpa kelelahan.
Didalam ilmu kesehatan mencegah (preventif) lebih baik dari mengobati (kuratif), karena tindakan preventif, biayanya murah serta menghindarkan terjadinya invalid (cacat seumur hidup). Pengobatan cedera olahraga dibagi beberapa tahap:
1. Tahap I (0-24 jam s/d 36 jam).
Tahap pengobatannya dengan metode RICE, yaitu :
2. Setelah cedera 24 sampai dengan 36 jam
Setelah metode RICE pada tahap pertama. Pada pengobatan kedua yaitu pemberian kompres hangat atau heat treatment. Tujuan heat treatment adalah menhancurkan traumatic effusion (cairan plasma darah yang keluar dan masuk disekitar tempat yang cedera) hingga mudah diangkut oleh pembuluh darah balik. Selain itu memperlancar proses penyembuhan dan dapat mengurangi rasa sakit Karena mengencangnya otot akibat mengalami cedera.
3. Jika bagian yang cedera dapat digunakan dan hampir normal
Tindakannya adalah membiarkan jaringan yang cedera tanpa mempergunakan alat bantu misalnya, tanpa decker ataupun balut tekan. Pada tahap ini masase masih dapat dilakukan untuk membantu proses penyembuhan.
4. Jika bagian yang cedera sudah sembuh dan latihan dapat dimulai.
Bagian yang cedera agar kuat terhadap tekanan-tekanan dan tarikan-tarikan yang terdapat pada cabang olahraga. Memang kadang- kadang masih diperlukan adanya alat penguat seperti balut tekan untuk beberapa waktu lamanya. Latihan berat yang terprogram sudah dapat diterapkan.
Daftar Pustaka Makalah Cedera Olahraga
Hardianto Wibowo. (1994/1995). Pencegahan dan Penatalaksanaan Cedera Olahraga. Jakarta: Buku Kedokteran.
Pengobatan dan Olahraga Bunga Rampai. Semarang: Dahara Prize. Giam, C.K. dan Teh, K.C.(1992).
Paul M. Taylor, dkk. 1997. Conguering Athletic Injuries. Diterjemahkan Jamal
Ronald. P. Feiffer. (2009). Sports First Aids (Pertolongan Pertama dan Pencegahan Cedera Olahraga). Jakarta: Erlangga.
Ilmu Kedokteran Olahraga (Hartono Satmoko,Terjemahan). Jakarta: Binarupa Aksara.
Cedera dalam dunia olahraga dapat dikategorikan menjadi tiga tingkatan, yaitu: cedera ringan/cedera tingkat pertama, cedera sedang/cedera tingkat kedua, dan cedera berat/cedera tingkat ketiga.
Dengan memiliki pengatahuan tentang cedera dapat berguna untuk mempelajari cara terjadinya cedera, mengobati/menolong/menanggulangi (kuratif) serta tindakan pencegahan (preventif). Jones (1996; 53) mengemukakan bahwa dalam Ilmu kesehatan diutamakan tindakan preventif (pencegahan) daripada tindakan kuratif (pengobatan) karena:
- Mencegah memerlukan biaya yang lebih ringan daripada mengobati.
- Jika tindakan pengobatan tidak sempurna akan menimbulkan cacat/ invalid.
- Selama sakit dapat mengurangi produktivitas.
Macam-macam Cedera Olahraga
Menurut Mirkin dan Hoffman (1984: 107) struktur jaringan didalam tubuh yang sering mengalami cedera olahraga adalah otot, tendo, tulang, persendian termasuk tulang rawan, ligamen, dan fasia. Sedangkan menurut Taylor (1997: 63) macam-macam cedera yang mungkin terjadi adalah memar, cedera pada otot atau tendo dan cedera ligamentum, dislokasi, patah tulang, kram otot dan perdarahan pada kulit. Menurut Giam dan Teh (1992: 202-241) berdasarkan letaknya cedera dapat dikelompokan menjadi: cedera dibagian kepala, cedera dibagian badan, cedera dibagian lengan dan tangan, cedera dibagian tungkai dan kaki yang meliputi: memar, sprain, strain, fraktur dan lecet. Taylor (1997: 63) mengatakan bahwa macam cedera yang sering terjadi adalah: cedera memar, cedera ligamentum, cedera pada otot dan tendo, pendarahan pada kulit dan pingsan. Menurut Fatimah (2005: 5-9) macam cedera yang sering terjadi adalah: lepuh, strain, sprain, dislokasi dan patah tulang.Menurut Hardianto Wibowo (1995: 15) mengklasifikasikan cedera olahraga sebagai berikut:
- Cedera ringan atau tingkat I, ditandai dengan adanya robekan yang hanya dapat dilihat menggunakan mikroskop, dengan keluhan minimal dan hanya sedikit saja atau tidak mengganggu performa olahragawan yang bersangkutan, misalnya lecet, memar, sprain ringan
- Cedera sedang atau tingkat II, ditandai dengan kerusakan jaringan yang nyata, nyeri, bengkak, berwarna kemerahan dan panas, dengan gangguan fungsi yang nyata dan berpengaruh pada performa atlet yang bersangkutan, misalnya: melebarnya otot dan robeknya ligamen.
- Cedera berat atau tingkat III, pada cedera ini terjadi kerobekan lengkap atau hampir lengkap pada otot, ligamentum dan fraktur pada tulang, yang memerlukan istirahat total, pengobatannya intensif, bahkan mungkin operasi.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat dikatakan bahwa macam cedera yang sering terjadi adalah:
- Cedera di bagian kepala meliputi: memar, lecet dan perdarahan.
- Cedera di bagian badan meliputi: strain, sprain, lecet, memar dan fraktur
- Cedera di bagian lengan dan tangan meliputi: lecet, memar, dislokasi, fraktur, strain dan sprain.
- Cedera di bagian kaki dan tungkai meliputi: memar, dislokasi, lecet, sprain, strain dan fraktur.
Secara umum cedera yang sering dialami karena aktivitas olahraga sebagai berikut:
1. Memar
Menurut Ronald P. Pfeiffer (2009:38) memar merupakan cedera yang disebabkan oleh benturan benda keras pada jaringan linak tubuh. Pada memar, jaringan dibawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil pecah sehingga darah dan cairan seluler merembes kejaringan sekitarnya. Luka memar yang disebabkan oleh cedera bukan merupakan keadaan serius dan akan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan. Meskipun demikian luka memar di bagian kepala mungkin dapat menutupi cedera yang lebih gawat dalam kepala (tulang kepala retak dengan perdarahan di bagian otak). Bila luka memar timbul dengan spontan, maka mungkin merupakan tanda gangguan perdarahan. Untuk penanganan cedera memar bisa dilakukan sebagai berikut:
- Kompres dengan es selama 12-24 jam untuk menghentikan pendarahan kapiler
- Istirahat untuk mencegah cedera lebih lanjut dan mempercepat pemulihan jaringanjaringan lunak yang rusak.
- Hindari benturan di daerah cedera pada saat latihan maupun pertandingan berikutnya.
Gambar. Cedera Memar
Sumber: http://majalahkesehatan.com
2. Kram Otot
Kram otot merupakan kontraksi otot tertentu yang berlebihan dan terjadi secara mendadak dan tanpa disadari. Menurut Kartono Mohammad (2001: 31) kram otot terjadi karena letih, biasanya terjadi saat malam hari atau karena kedinginan, dan dapat pula karena panas, dehidrasi, trauma pada otot yang bersangkutan atau kekurangan magnesium. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kram otot. Pada saat otot mengalami kelelahan dan secara tiba-tiba meregang, maka otot tersebut dengan terpaksa akan meregang secara penuh dan ini dapat mengakibatkan kram.
Gambar. Kram Otot Betis Sumber: www.indonesianrehabequipment.com
Menurut Taylor (1997: 127) kram disebabkan oleh adanya ketidaksempurnaan biomekanik tubuh karena adanya malalignment (ketidaksejajaran) dari bagian kaki bawah, atau karena keadaan otot yang terlalu kencang, kekurangan beberapa jenis mineral tertentu (defisiensi) yang dibutuhkan oleh tubuh juga dapat mempengaruhi terjadinya kram otot, seperti kekurangan zat sodium, potassium, kalsium, zat besi, dan fosfor, dan terbatasnya suplai darah yang tersedia pada otot tersebut sehingga menyebabkan terjadinya kram otot. Pada intinya, kram otot terjadi karena terjadinya penumpukan asam laktat diotot karena mengalami kelelahan.
Gambar. Mekanisme Kontraksi Otot Sumber: www.snecrovision.blogspot.com
Penanganan cedera pada umumnya terhadap kram otot yang dilakukan menurut Hardianto Wibowo, (1995: 33) adalah sebagai berikut:
- Atlet diistirahatkan, diberikan semprotan chlor ethyl spray untuk menghilangkan rasa nyeri/sakit yang bersifat lokal, atau digosok dengan obat-obatan untuk melebarkan pembuluh darah sehingga aliran darah tidak terganggu karena kekuatan/kekejangan otot pada saat terjadi kram.
- Pada saat otot kejang sampai kejangnya hilang. Menahan otot waktu berkontraksi sama artinya dengan kita menarik otot tersebut supaya myiosin filamen dan actin myosin dapat menduduki posisi yang semestinya sehingga kram berhenti. Pada waktu ditahan dapat disemprot dengan chlor etyl spray, hingga hilang rasa nyeri.
3. Luka
Menurut Hartono Satmoko (1993: 187), luka didefinisikan sebagai suatu ketidaksinambungan dari kulit dan jaringan dibawahnya yang mengakibatkan pendarahan yang kemudian dapat mengalami infeksi. Luka dapat dibagi menjadi:
- Luka lecet (Abrasi): cedera goresan pada kulit.
- Lepuh: cedera gesekan pada kulit.
Menurut Ronald P.Pfeiffer (2009: 36) lepuh merupakan timbulnya benjolan dikulit dan didalamnya terdapat cairan berwarna bening. Lepuh terjadi akibat penggunaan peralatan yang tidak pas, peralatan masih baru, atau peralatan yang lama seperti sepatu yang terlalu kecil.
Penanganan cedera lecet dan lepuh menurut Hardianto Wibowo (1995: 21) adalah sebagai berikut, untuk luka lecet bersihkan terlebih dahulu luka tersebut, karena dikhawatirkan akan timbul infeksi. Cara membersihkan luka pada kulit yaitu dibersihkan atau dicuci dengan Hidrogen peroksida (H202) 3% yang bersifat antiseptik (membunuh bibit penyakit), Detol atau betadine, PK (kalium permangat) kalau tidak ada bisa dengan sabun. Setelah luka dikeringkan lalu diberikan obat-obatan yang mengandung antiseptik juga, misalnya: obat merah, yodium tingtur, larutan betadine pekat. Apabila luka robek lebih dari 1 cm, sebaiknya dijahit. Sedangkan, untuk lepuhnya robek, potonglah sisa-sisa kulitnya. Kemudian bersihkanlah dan bebatlah dengan bahan yang tidak melekat. Bila lepuh utuh dan tidak mudah robek, biarkan atau letakkan bebat untuk lepuh diatasnya. Bila lepuhnya tegang, nyeri atau terlihat akan pecah, bersihkan dan kemudian tusuklah dengan jarum steril. Kemudian tutuplah dengan bebat yang bersih.
Gambar. Lepuh Sumber: rafifsafaalzena.blogspot.com
Gambar . Cedera Lecet Sumber: http://klinikcedera.wordpress.com
4. Perdarahan
Perdarahan terjadi karena pecahnya pembuluh darah sebagai akibat dari trauma pukulan atau terjatuh. Kemungkinan pendarahan yang terjadi ialah pendarahan pada hidung, mulut dan kulit. Perdarahan erawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih atau tim medis menurut Hardianto Wibowo (1995:21) sebagai berikut:
a) Pendarahan pada Hidung
Gambar. Pendarahan Hidung Sumber: http://www.tanyadok.com
Pada perdarahan hidung, hal yang harus dikontrol terutama adalah airway (jalan nafas) dan breathing (pernapasan). Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah:
- Penderita didudukan, batang hidung dijepit sedikit kebawah tulang rawan hidung, dalam posisi ibu jari berhadapan dengan jari-jari yang lain. Hal ini dilakukan kurang lebih 5 menit dengan jari tangan sementara penderita dianjurkan bernafas melalui mulut
- Hidung dan mulut dibersihkan dari bekas-bekas darah. Biasanya pendarahan berhasil dihentikan. Sebaiknya juga diberikan kompres dingin disekitar batang hidung, sekitar mata hingga pipi.
- Bila pemijatan tidak berhasil, maka atlet harus diberi perlotongan oleh dokter atau dibawa kerumah sakit. Pada keadaan ini kemungkinan besar perdarahan disertai patah tulang, kadang-kadang deformitas dapat terjadi.
- Bila terjadi fraktur atau retak pada tulang hidung, maka untuk menghentikan pendarahan pada hidung tidak boleh dipijit, tetapi hanya diberi kompres dingin saja, lalu dikirim kerumah sakit. Pada keadaan ini, tidak diperkenankan untuk meniupkan udara dari hidung dengan paksa untuk mengeluarkan bekuan-bekuan darah, karena ini dapat menimbulkan emboli paru.
b) Pendarahan pada mulut
Penanganan perdarahan pada mulut harus memperhatikan aspek airway (jalan napas) dan breathing (pernapasan). Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain adalah:
Gambar. Perdarahan di mulut
Sumber: http://www.membongkar.info.com
- Pendarahan dari bibir atau gusi dihentikan dengan penekanan secara langsung dan kompres dingin.
- Apabila gigi goyang atau fraktur, gigi tidak boleh dicabut dan atlet dikirim untuk penanganan lanjut di dokter gigi.
5. Pendarahan Pada Kulit
Perdarahan pada kulit atau perdarahan eksternal adalah perdarahan yang dapat dilihat berasal dari luka terbuka (Kartono
Mohammad 2003: 88). Cedera dapat juga merusak dan menyebabkan perdarahan. Menurut Kartono Mohammad (2003: 88) ada tiga jenis yang berhubungan dengan jenis pembuluh darah yang rusak yaitu:
a) Perdarahan kapiler, berasal dari luka yang terus-menerus tetapi lambat.
Perdarahan ini paling sering terjadi dan paling mudah dikontrol.
Gambar. Perdarahan Kapiler
Sumber: https://aqqae.blogspot.com//search?q=pertolongan-pertama- pada-perdarahan
b) Perdarahan vena, mengalir terus- menerus karena tekanan rendah perdarahan vena tidak menyembur dan lebih mudah dikontrol.
Gambar. Perdarahan Vena
Sumber: https://aqqae.blogspot.com//search?q=pertolongan-pertama- pada-perdarahan
c) Perdarahan arteri, menyembur bersamaan dengan denyut jantung, tekanan yang menyebabkan darah menyembur juga menyebabkan jenis perdarahan ini sulit dikontrol.
Gambar. Perdarahan Arteri
Sumber: https://aqqae.blogspot.com//search?q=pertolongan-pertama- pada-perdarahan
Perdarahan arteri merupakan jenis perdarahan yang paling serius karena banyak darah yang dapat hilang dalam waktu sangat singkat. Menurut Kartono Mohammad (2003: 88) menjelaskan bahwa perdarahan dikulit terdiri dari beberapa jenis yaitu:
- Abrasi: lapisan atas kulit terkelupas, dengan sedikit kehilangan darah.
- Laserasi: kulit yang terpotong dengan pinggir bergerigi. Jenis luka ini biasanya disebabkan oleh robeknya jaringan kulit secara paksa.
- Insisi: potongan dengan pinggir rata, seperti potongan pisau atau teriris kertas.
- Pungsi: cedera akibat benda tajam (seperti pisau, pemecah es atau peluru).
- Avulsi: sepotong kulit yang robek lepas dan menggantung pada tubuh.
- Amputasi: terpotong atau robeknya bagian tubuh.
6. Pingsan
Kehilangan kesadaran atau pingsan (syncope), pingsan adalah keadaan kehilangan kesadaran yang bersifat sementara dan singkat, disebabkan oleh berkurangnya aliran darah dan oksigen yang menuju ke otak (Kartono Mohammad, 2003: 96). Gejala pertama yang dirasakan oleh seseorang sebelum pingsan adalah rasa pusing, berkurangnya penglihatan, dan rasa panas. Selanjutnya, penglihatan orang tersebut akan menjadi gelap dan ia akan jatuh atau terkulai. Biasanya pingsan terjadi akibat dari aktivitas fisik yang berat sehingga menyebabkan deposit oksigen sementara, pengaliran darah atau tekanan darah yang menurun akibat perdarahan hebat, dan karena jatuh dan benturan.
Menurut Kartono Mohamad (2001: 96) pingsan mempunyai beberapa jenis, diantaranya:
- Pingsan biasa (simple fainting)
Pingsan jenis ini sering diderita oleh orang yang memulai aktivitas tanpa melakukan makan pagi terlebih dahulu, penderita anemia, orang yangmengalami kelelahan, ketakutan, kesedihan dan kegembiraan. - Pingsan karena panas (heat exhaustion)
Pingsan ini terjadi pada orang sehat yang melakukan aktivitas di tempat yang sangat panas. Biasanya penderita merasakan jantung berdebar, mual, muntah, sakit kepala dan pingsan. Keringat yang berkucuran pada orang pingsan di udara yang sangat panas merupakan petunjuk bahwa orang tersebut mengalami pingsan jenis ini. - Pingsan karena sengatan terik (heat stroke)
Pingsan jenis ini merupakan keadaan yang lebih parah dari heatexhaustion. Sengatan terik terjadi karena bekerja di udara panas dengan terik matahari dalam jangka waktu yang lama, sehingga kelenjar keringat menjadi lemah dan tidak mampu mengeluarkan keringat lagi. Akibatnya panas yang mengenai tubuh tidak ditahan oleh adanya penguapan keringat. Gejala sengatan panas biasanya didahului oleh keringat yang mendadak menghilang, penderita kemudian merasa udara disekitarnya mendadak menjadi sangat panas. Selain itu penderita merasa lemas, sakit kepala, tidak dapat berjalan tegap, mengigau dan pingsan. Keringatnya tidak keluar sehingga badan menjadi kering. Suhu badan meningkat sampai 40-41 derajat celcius, mukanya memerah dan pernafasannya cepat.
Penanganan pingsan yang dilakukan menurut Hardianto Wibowo (1995: 36) sebagai berikut:
- Menyadarkan korban.
- Mengeluarkan atau membawa korban ke tempat yang tenang dengan posisi terlentang dan kepala tanpa bantal.
- Melakukan pemeriksaan dengan lebih teliti lagi mengenai refleks pupil. Jika ditemukan antara pupil mata kanan dan kiri (anisokur) ini berarti bukan semata-mata gegar ringan tetapi dalam keadaan gawat.
7. Cedera pada Otot Tendo dan Ligamen
Menurut Hardianto Wibowo (1995: 20) strain adalah cedera yang menyangkut cedera otot dan tendon. Strain dapat dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu:
Gambar. Tingkatan Strain
Sumber: http://www.myphysiorehab.com
- Tingkat I
Strain tingkat ini tidak ada robekan, hanya terdapat kondisi inflamasi ringan. Meskipun pada tingkat ini tidak ada penurunan kekuatan otot, tetapi pada kondisi tertentu cukup mengganggu atlet. - Tingkat II.
Strain pada tingkat ini sudah terdapat kerusakan pada otot atau tendon sehingga dapat mengurangi kekuatan otot. - Tingkat III
Strain pada tingkat ini sudah terjadi kerobekan yang parah atau bahkan sampai putus sehingga diperlukan tindakan operasi atau bedah dan dilanjutkan dengan fisioterapi dan rehabilitasi. Pada cedera tingkat ini atlet perlu penanganan yang intensif, istirahat total dan mungkin perlu tindakan bedah jika terdapat robekan lengkap ligamen (strain grade III).
Penanganan Cedera Strain dapat dilakukan sebagai berikut:
- Letakkan penderita dalam posisi yang nyaman, istirahatkan bagian yang cedera. Tinggikan daerah yang cedera. Tujuannya untuk mengurangi pembengkakan yang berlebihan
- Beri kompres dingin, selama 30 menit, ulangi setiap jam bila perlu.
Saat cedera baru berlangsung, akan terjadi robekan pembuluh darah yang berakibat keluarnya darah pada pembuluh darah tersebut ke jaringan sekitar nya sehingga bengkak, pembuluh darah sekitar tempat cedera juga akan melebar sebagai respon peradangan. Pemberian kompres dingin/es akan menyempitkan• pembuluh darah yg melebar sehingga mengurangi bengkak. Kompres dingin bisa dilakukan 1-2 kali sehari, jangan lebih dari 20 menit karena justru kan mengganggu sirkulasi darah. Sebaliknya, saat cedera sudah kronik, tanda2 peradangan seperti bengkak, warna merah, nyeri hebat sudah hilang, maka prinsip pemberian kompres hangat bisa dilakukan. - Balut tekan (pressure bandage) dan tetap tinggikan.
Kompres/penekanan pada bagian cedera, bisa dilakukan dengan perban/dibalut. Jangan terlalu erat, tujuannya untuk mengurangi pembengkakan dan dalam penekanan tetap ditinggikan. Tekanlah pada daerah cedera sampai nyeri hilang (biasanya 7 sampai 10 hari untuk cedera ringan dan 3 sampai 5 minggu untuk cedera berat - Jika dibutuhkan, gunakan tongkat penopang ketika berjalan.
- Bila ragu rawat sebagai patah tulang lakukan foto rontgen dan rujuk ke fasilitas kesehatan. Dan hindari HARM, yaitu:
H: Heat pemberian panas justru akan meningkatkan perdarahan
A: Alcohol, akan meningkatkan pembengkakan.
R: Running, atau exercise terlalu dini akan memburuk cedera.
M: Massage, tidak boleh diberikan pada masa akut karena akan merusak jaringan.
Sedangkan menurut Hardianto Wibowo (1995:22) sprain adalah cedera pada ligamen. Sprain sendiri diklarifikasikan dalam beberapa tingkatan yaitu:
Gambar. Tingkatan Sprain
Sumber: https://aqqae.blogspot.com//search?q=pertolongan-pertama- pada-perdarahan
- Tingkat I (ringan)
Cedera tingkat 1 ini hanya terjadi robekan pada serat ligament yang terdapat hematom kecil di dalam ligamen dan tidak ada gangguan fungsi. - Tingkat II (sedang)
Cedera sprain tingkat 2 ini terjadi robekan yang lebih luas, tetapi 50% masih baik. Hal ini sudah terjadi gangguan fungsi, tindakan proteksi harus dilakukan untuk memungkinkan terjadinya kesembuhan. Imobilisasi diperlukan 6-10 minggu untuk benar-benar aman dan mungkin diperlukan waktu 4 bulan. Seringkali terjadi pada atlet memaksakan diri sebelum selesainya waktu pemulihan belum berakhir dan akibatnya akan timbul cedera baru lagi. - Tingkat III (berat)
Cedera sprain tingkat 3 ini terjadinya robekan total atau lepasnya ligament dari tempat lekatnya dan fungsinya terganggu secara total. Maka sangat penting untuk segera menempatkan kedua ujung robekan secara berdekatan.
Untuk penanganan sprain dapat dilakukan sebagai berikut menurut klasifikasinya:
- Sprain tingkat I
Tidak perlu pertolongan/ pengobatan, cedera pada tingkat ini cukup diberikan istirahat saja karena akan sembuh dengan sendirinya. - Sprain tingkat II
Pemberian pertolongan dengan metode RICE. Tindakan imobilisasi (suatu tindakan yang diberikan agar bagian yang cedera tidak dapat digerakan) dengan cara balut tekan, spalk maupun gibs. Biasanya istirahat selama 3-6 minggu. - Sprain tingkat III
Pemberian pertolongan dengan metode RICE. Dikirim kerumah sakit untuk dijahit/ disambung kembali.
8. Dislokasi
Gambar. Dislokasi Jari
Sumber: http://kamuskesehatan.com
Dislokasi adalah terlepasnya sebuah sendi dari tempatnya yang seharusnya. Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi di bahu, angkle (pergelangan kaki), lutut dan panggul. Faktor yang meningkatkan resiko dislokasi adalah ligamen-ligamennya yang kendor akibat pernah mengalami cedera, kekuatan otot yang menurun ataupun karena faktor eksternal yang berupa tekanan energi dari luar yang melebihi ketahanan alamiah jaringan dalam tubuh (Kartono Mohammad, 2001: 31).
Penanganan dislokasi dapat dilakukan dengan melakukan reduksi ringan dengan cara menarik persendian yang bersangkutan pada sumbu memanjang, imobilisasi dengan spalk pada jari-jari, dibawa ke rumah sakit bila perlu dilakukan resistensi jika terjadi fraktur.
9. Patah Tulang (Fraktur)
Gambar. Jenis-jenis Fraktur
Sumber: http://sentralpost.com
Patah tulang adalah suatu keadaan yang mengalami keretakan, pecah atau patah, baik pada tulang maupun tulang rawan. Menurut Mirkin dan Hoffman (1984: 124-125) membagi fraktur berdasarkan continuitas patahan, patah tulang dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
- Patah tulang komplek, dimana tulang terputus sama sakali.
- Patah tulang stress, dimana tulang retak, tetapi tidak terpisah.
Sedangkan, berdasarkan tampak tidaknya jaringan dari bagian luar tubuh dibagi patah tulang menjadi:
Gambar. Macam-macam Frakture
Sumber: http://wartametropolitan.blogspot.com
- Patah tulang terbuka dimana fragmen (pecahan) tulang melukai kulit diatasnya dan tulang keluar.
- Patah tulang tertutup dimana fragmen (pecahan) tulang tidak menembus permukaan kulit.
Penanganan patah tulang yang dilakukan menurut Hardianto Wibowo (1995: 28) dapat dilakukan dengan atlet tidak boleh melanjutkan pertandingan, pertolongan pertama dilakukan reposisi oleh dokter secepat mungkin dalam waktu kurang dari lima belas menit, karena pada waktu itu olahragawan tidak merasa nyeri bila dilakukan reposisi, kemudian dipasang spalk balut tekan untuk mempertahankan kedudukan yang baru, serta menghentikan perdarahan.
Pecegahan dan Perawatan Cedera
Menurut Andun Sudijandoko (2000: 18-21) penyebab terjadinya cedera antara lain:1) Faktor Individu
- Umur
Faktor umur sangat menentukan karena sangat mempengaruhi kekuatan serta kekenyalan jaringan. - Faktor pribadi
Kematangan seorang olahraga akan lebih mudah dan lebih sering mengalami cedera dibandingkan dengan olahragawan yang telah berpengalaman. - Pengalaman
Bagi atlet yang baru terjun akan lebih mudah terkena cedera dibandingkan dengan olahragawan/atlet yang telah berpengalaman. - Tingkat latihan
Pemberian beban awal saat latihan merupakan hal yang sangat penting guna menghindari cedera. Namun pemberian beban yang berlebihan bisa mengakibatkan cedera. - Teknik
Setiap melakukan gerakan harus menggunakan teknik yang benar guna menghindari cedera. Namun dalam beberapa kasus terdapat pelaksanaan teknik yang tidak sesuai sehingga terjadi cedera. - Pemanasan
Pemanasan yang kurang dapat menyebabkan terjadinya cedera karena otot belum siap untuk menerima beban yang berat. - Istirahat
Memberikan waktu istirahat sangat penting bagi para atlet maupun siswa ketika melakukan aktivitas fisik. Istirahat berfungsi untuk mengembalikan kondisi fisik agar kembali prima. Dengan demikian potensi terjadinya cedera bisa diminimalisasi. - Kondisi tubuh
Kondisi tubuh yang kurang sehat dapat menyebabkan terjadinya cedera karena semua jaringan juga mengalami penurunan kemampuan dari kondisi normal sehingga memperbesar potensi terjadinya cedera. - Gizi
Gizi harus terpenuhi secara cukup karena tubuh membutuhkan banyak kalori untuk melakukan aktivitas fisik.
2). Faktor Alat, Fasilitas dan Cuaca
- Peralatan
Peralatan untuk pembelajaran olahraga harus dirawat dengan baik karena peralatan yang tidak terawat akan mudah mengalami kerusakan dan sangat berpotensi mendatangkan cedera pada siswa yang memakai. - Fasilitas
Fasilitas olahraga biasanya berhubungan dengan lingkungan yang digunakan ketika proses pembelajaran seperti lapangan dan gedung olahraga. - Cuaca
Cuaca yang terik atau panas akan menyebabkan seseorang mengalami keadaan kehilangan kesadaran atau pingsan sedangkan hujan yang deras juga bisa menyebabkan tergelincir ketika melakukan aktivitas diluar lapangan.
Menurut Bambang Priyonoadi (2012:1) cedera dapat disebabkan beberapa faktor antara lain:
- Overuse, yaitu kekuatan abnormal dalam level yang rendah berlangsung berulang-ulang dalam waktu yang lama akan menyebabkan terjadinya cedera.
- Trauma, yaitu karena pernah mengalami cedera yang berat sebelumnya.
- Kondisi internal meliputi keadaan atlet, program latihan maupun materi, kapasitas pelatih atau guru, dan eksternal meliputi perlengkapan olahraga, sarana dan fasilitas pendukung.
Mencegah lebih baik daripada mengobati, hal ini tetap merupakan kaidah yang harus dipegang teguh. Banyak pencegahan tampaknya biasa- biasa saja, tetapi masing-masing tetaplah memiliki kekhususan yang perlu diperhatikan. Pencegahan cedera dapat dilakukan dengan berikut:
1. Pencegahan lewat keterampilan
Pencegahan lewat keterampilan mempunyai bagian yang besar dalam pencegahan cedera itu telah terbukti, karena penyiapan atlet dan resikonya harus dipikirkan lebih awal. Untuk itu para atlet sangat perlu ditumbuhkan kemampuan untuk bersikap tenang. Dalam meningkatkan atlet tidak cukup keterampilan tentang kemampuan fisik saja namun termasuk daya pikir membaca situasi, mengetahui bahaya yang bisa terjadi dan mengurangi resiko. Pelatih juga harus mampu mengenali tanda-tanda kelelahan pada atletnya serta, harus dapat mengurangi dosis latihan sebelum resiko cedera timbul.
2. Pencegahan lewat Fitness
Fitness secara terus menerus mampu mencegah cedera pada atlet baik cedera otot, sendi dan tendo, serta mampu bertahan untuk pertandingan lebih lama tanpa kelelahan.
- Kekuatan (Strength)
Otot lebih kuat jika dilatih, beban waktu latihan yang cukup sesuai nomor yang diinginkan untuk. Untuk latihan sifatnya individual, otot yang dilatih benar-benar tidak mudah cedera. - Daya tahan
Daya tahan meliputi endurance otot, paru dan jantung. Daya tahan yang baik berarti tidak cepat lelah, karena kelelahan mengundang cedera. - Pencegahan lewat makanan
Nutrisi yang baik akan mempunyai bagian yang besar dalam mencegah cedera karena memperbaiki proses pemulihan kesegaran diantara latihan-latihan. Makan harus memenuhi tuntutan gizi yang dibutuhkan atlet sehubungan dengan latihannya. Atlet harus makan- makanan yang mudah dicerna dan yang berenergi tinggi kira-kira 2,5 jam sebelum latihan atau pertandingan. - Pencegahan lewat lingkungan
Banyak terjadi bahwa cedera karena lingkungan. Seorang atlet jatuh karena tersandung sesuatu (tas, peralatan yang tidak ditaruh secara baik) dan cedera. Harusnya memperhatikan peralatan dan barang ditaruh secara benar agar tidak membahayakan. - Medan
Medan dalam menggunakan latihan atau pertandingan mungkin dari alam, buatan atau sintetik, keduanya menimbulkan masalah. Alam dapat selalu berubah-ubah karena iklim, sedang sintetik yang telah banyak dipakai juga dapat rusak dan terpenting atlet mampu menghalau dan mengantisipasi hal-hal penyebab cedera. - Pencegahan lewat pakaian
Pakaian sangat tergantung selera tetapi haruslah dipilih dengan benar, seperti kaos, celana, kaos kaki, perlu mendapat perhatian. Misalnya celana jika terlalu ketat dan tidak elastis maka dalam melakukan gerakan juga tidak bebas. - Pencegahan lewat pertolongan
Setiap cedera memberi tiap kemungkinan untuk cedera lagi yang sama atau yang lebih berat lagi. Masalahnya ada kelemahan otot yang berakibat kurang stabil atau kelainan anatomi, ketidakstabilan tersebut penyebab cedera berikutnya. Dengan demikian dalam menangani atau pemberian pertolongan harus kondisi benar dan rehabilitasi yang tepat pula. - Implikasi terhadap pelatih
Sikap tanggung jawab dan sportifitas dari pelatih, official, tenaga kesehatan dan atletnya sendiri secara bersama-sama. Yakinkan bahwa atletnya memang siap untuk tampil. Bila tidak janganlah mencoba-coba untuk ditampilkan daripada mengundang permasalahan. Sebagai pelatih juga perlu memikirkan masa depan atlet merupakan faktor yang lebih penting.
Didalam ilmu kesehatan mencegah (preventif) lebih baik dari mengobati (kuratif), karena tindakan preventif, biayanya murah serta menghindarkan terjadinya invalid (cacat seumur hidup). Pengobatan cedera olahraga dibagi beberapa tahap:
1. Tahap I (0-24 jam s/d 36 jam).
Tahap pengobatannya dengan metode RICE, yaitu :
- Rest
Dalam hal ini bagian yang cedera tidak boleh digerakkan (istirahat), rest ini bertujuan supaya pendarahan lekas berhenti dan mengurangi pembengkakan. - Ice
Tujuanya ialah untuk menghentikan pendarahan (menyempit, vasokontraksi sehingga memperlambat aliran darah) dengan demikian ice mempunyai tujuan mengurangi pendarahan, menghentikan pendarahan, mengurangi pembengkakan, dan mengurangi rasa sakit dalam pemberian kompres dingin ini, ada intervalnya yaitu 20 sampai dengan 30 menit. Tujuannya agar jaringan-jaringan pada tubuh tidak menjadi rusak/mati. - Compression
Tujuannya adalah untuk mengurangi pembengkakkan sebagai akibat pendarahan yang dihentikan oleh ikatan. Untuk mengurangi pergerakan, balut tekan adalah suatu ikatan yang terbuat dari bahan elastis. Bahan perban disebut elastis perban/elastis bandage/tensiokrep atau benda-benda sejenis. Bahaya balut tekan adalah jika ikatan itu terlalu kencang, maka pembuluh dara arteri tidak bisa mengalirkan darah ke bagian distal ikatan. Hal ini akan menyebabkan kematian dari jaringan- jaringan di sebelah distal ikatan. - Elevation
Mengangkat bagian cedera lebih tinggi dari letak jantung. Tujuannya adalah supaya pendarahan berhenti dan pembengkakan segera berkurang. Karena aliran darah arteri menjadi lambat (melawan gaya tarik bumi) sehingga pendarahan mudah berhenti. Sedangkan aliran vena menjadi lancar, sehingga pembengkakan berkurang. Dengan demikian hasil-hasil jaringan yang rusak akan lancar dibuang oleh aliran darah balik dan pembuluh limfe.
2. Setelah cedera 24 sampai dengan 36 jam
Setelah metode RICE pada tahap pertama. Pada pengobatan kedua yaitu pemberian kompres hangat atau heat treatment. Tujuan heat treatment adalah menhancurkan traumatic effusion (cairan plasma darah yang keluar dan masuk disekitar tempat yang cedera) hingga mudah diangkut oleh pembuluh darah balik. Selain itu memperlancar proses penyembuhan dan dapat mengurangi rasa sakit Karena mengencangnya otot akibat mengalami cedera.
3. Jika bagian yang cedera dapat digunakan dan hampir normal
Tindakannya adalah membiarkan jaringan yang cedera tanpa mempergunakan alat bantu misalnya, tanpa decker ataupun balut tekan. Pada tahap ini masase masih dapat dilakukan untuk membantu proses penyembuhan.
4. Jika bagian yang cedera sudah sembuh dan latihan dapat dimulai.
Bagian yang cedera agar kuat terhadap tekanan-tekanan dan tarikan-tarikan yang terdapat pada cabang olahraga. Memang kadang- kadang masih diperlukan adanya alat penguat seperti balut tekan untuk beberapa waktu lamanya. Latihan berat yang terprogram sudah dapat diterapkan.
Daftar Pustaka Makalah Cedera Olahraga
Hardianto Wibowo. (1994/1995). Pencegahan dan Penatalaksanaan Cedera Olahraga. Jakarta: Buku Kedokteran.
Pengobatan dan Olahraga Bunga Rampai. Semarang: Dahara Prize. Giam, C.K. dan Teh, K.C.(1992).
Paul M. Taylor, dkk. 1997. Conguering Athletic Injuries. Diterjemahkan Jamal
Ronald. P. Feiffer. (2009). Sports First Aids (Pertolongan Pertama dan Pencegahan Cedera Olahraga). Jakarta: Erlangga.
Ilmu Kedokteran Olahraga (Hartono Satmoko,Terjemahan). Jakarta: Binarupa Aksara.